Damian mengernyit. Lalu menatap ku bimbang.
"Apa?" tanyaku tenang sambil menatap mata hazelnya yang terlihat gelisah.
"Hmm.. kau melihat.." ucapnya menggantung sambil menggosok tengkuknya kikuk.
Aku bangun dan duduk diatas kasur tanpa melepaskan pandangan mataku padanya.
"Ya" ucapku lirih. Pandangannya berubah tajam. Aku tahu pasti dia akan marah. Karna egonya terlalu tinggi untuk merasa bersalah. Dan aku mengerti itu.
"Kan sudah ku bilang. Jangan pernah--"
Aku mengecup bibirnya lembut. Lalu tersenyum lemah kearahnya. "Maaf"
"Aku--"
"Sstt.. Maaf, jika aku membuatmu merasa bosan, dan melampiaskannya pada wanita lain. Tapi, aku mohon. Pikirkan anak -anak kita. Bagaimana perasaan mereka saat kau jarang dirumah dan selalu pulang malam. Jangan perdulikan aku. Pikirkan anak -anak, mereka membutuhkanmu sebagai seorang Ayah." ucap ku lembut. "Aku memang istri yang payah, " pertahananku runtuh. Air mataku jatuh dengan derasnya.
Tanpa diduga Damian memelukku. "I'm sorry. I'm so sorry. Aku mohon.Jangan rendahkan dirimu seperti itu. Kau istri ku. Yuri Hudgen. Dan aku mencintaimu. Maafkan aku"
Aku tersenyum padanya setelah melepaskan pelukan darinya. Lalu aku menyentil dahinya keras.
"Hey. It's hurt" keluhnya sambil mengusap -usap dahinya.
"Siapa suruh kau nakal. Sekarang, kau jauhi wanita itu" ucapku berubah marah.
"Baiklah, My Lady"
Lalu tanpa aku duga, ia sudah menciumku dengan panas.
Kurasa malam -malam ku takkan sepi lagi ^^
**************
Inspirated by: Melina ^^




0 komentar:
Posting Komentar