Aku tidak tau, ini hanya
perasaanku saja atau bukan.Tapi akhir – akhir ini, suamiku mulai menjaga jarak.
Dimulai dari smartphone barunya yang diberi password. Aku tidak diberi tahu
passwordnya dan aku juga dilarang untuk memegangnya, bahkan untuk menyentuhnya
saja aku dilarangnya. Dia juga mulai sering pulang larut, banyak alasan yang
dia berikan saatku tanya sebab dia pulang larut. Mulai dari meeting dengan
client, kecebak macet, bermain futsal bersama rekan – rekan kantor, dan banyak
lagi alasannya lagi yang cenderung malah membuatku bertambah curiga. Dan
kecurigaanku ditambah dengan sikap suamiku yang menjadi penyebabku bersikap
curiga padanya, membuat hubungan ku dengan suami menjadi sedikit menjauh. Mungkin
menjauh dalam arti kedekatan kami satu sama lain. Tidak ada lagi kata – kata
cinta yang membuat pipi ku merona. Tidak ada lagi pelukan hangatnya yang
membuatku nyaman.
Tes..
Buru – buru ku hapus air mataku. Aku tak ingin
anak – anakku melihatnya. Tak ingin mereka menjadi tak nyaman karna ketahuan
mereka tentang hubungan bundanya yang kian merenggang bersama ayahnya. Kutengok
buah hati ku dan Damian – suamiku, betapa polosnya ekspresi mereka saat
terlelap.
Kukecup
dahi mereka satu – persatu. “ Good Night, kiddo,” ucapku sebelum mematikan lampu
kamar mereka, dan menutup pintu.
Kulihat lampu kamarku menyala
padahal sebelumnya sempat ku matikan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk
kekamar buah hatiku.
Kulangkahkan kaki ku memasuki kamar, terdengar suara gemercik air dari shower di kamar mandi.
'Ah, Damian sudah pulang' batin ku sendu. Biasanya Damian selalu mengucapkan salam lalu mengecup dahiku lembut. Tapi baru -baru ini, ia menghilangkan kebiasaan itu. Ia pasti akan langsung tidur atau mandi seperti sekarang. Suamiku berubah..
Aku melihat secercah cahaya dibalik bantal. Aku mendekat. Lalu menyingkirkan bantal yang hampir menutupi seluruh bagian benda persegi yang bernama smartphone.
"Sepertinya ini punya Damian," kataku sambil menatap layar smartphone tersebut. Tiba -tiba sebuah notification menampilkan pesan yang membuatku merinding.
Siska : Hon, makasih yah buat makan malam tadi :)
Aku terkesiap. Hon? Honey? Dan lalu, Makan malam? Barusan? Oh Tuhan...
Rasa cemburu mulai menggelayuti hati dan pikiran ku.
Apakah selama ini mereka juga sering menghabiskan malam bersama? Ya Tuhan..
Dengan rasa penasaran aku melihat pesan -pesan mereka, yang malah membuat ku ingin membanting benda yang ku genggam ini.
'Kau harus kuat, Yuri!' batinku mencoba menguatkan diri.
Dengan perlahan aku menaruh smartphone tersebut ditempat semula, lalu merebahkan diri dikasur. Mencoba menenangkan diri agar air mata ini tak urung jatuh.
Bunyi pintu kamar mandi yang terbuka, mengintrupsinya agar berekspresi biasa. Tapi tetap saja detak jantungnya berdegup nyeri.
Tenang Yuri. Tenang. Aku hembuskan nafas ku, mencoba untuk tenang.
"Kau kenapa?," suara maskulinnya mengalun merdu ditelinga ku. Suara yang kurindukan.
"I'm fine" ujarku datar tanpa membalikkan tubuh. Karna aku tahu, saat aku membalikkan tubuh dan melihat mata hazelnya yang lembut, pertahanan ku yang sedari tadi ku bangun pasti akan runtuh.
Kasur yang ku tiduri sedikit bergoyang bertanda Damian sedang menaikinya. Tapi aku tetap bergeming, seolah -olah aku sudah tertidur.
"Hey, Seriously. Are you okay?" tanyanya lagi sambil menyentuh bahuku untuk membalikku agar menghadapnya. Dan, tanpa perlawanan aku menurutinya.
Pemandangan didepanku, membuatku tak bisa berkedip. Rambutnya yang masih basah, dan rintik -rintik air yang menuruni dada bidangnya yang tak tertutup kain.
Apakah suami ku seseksi ini? Oh Tuhan, apakah 'wanita itu' juga pernah melihat pemandangan yang kulihat sekarang, atau lebih dari ini?
Jalan pikiran ku, secara tak sadar membuat raut wajahku menjadi sendu.
"Kamu kenapa sih?" tanya Damian untuk ketiga kalinya.
"I'm fine"
Kudengar dia menghela nafas berat tanda menyerah. Lalu mengambil smartphone yang tadi sudah kuselipkan kembali dibalik bantal seperti semula.
Damian mengernyit. Lalu menatap ku bimbang.
"Apa?" tanyaku tenang sambil menatap mata hazelnya yang terlihat gelisah.
"Hmm.. kau melihat.." ucapnya menggantung sambil menggosok tengkuknya kikuk.
Aku bangun dan duduk diatas kasur tanpa melepaskan pandangan mataku padanya.



0 komentar:
Posting Komentar