“Itu apa?” tanya seorang anak laki-laki pada gadis kecil ―yang membawa sebuah nampan saji dikedua tangannya― sambil menunjuk bawaan gadis tersebut.
“Kue,” jawab gadis kecil itu singkat. Berusaha agar anak laki-laki itu tidak bertindak jauh dengan mengambil nampan saji yang dibawanya.
“Kue?!” Mata anak laki-laki itu terlihat antusias saat mendengar makanan kesukaannya disebut gadis itu. “Mau” Anak laki-laki itu menghampiri gadis kecil yang berusaha mengamankan nampan saji dari anak laki-laki yang terlihat kelaparan melihat bawaannya.
“Tidak. Ini untuk Dad,” ucap gadis itu tegas. Berusaha menghentikan tangan anak laki-laki itu ― yang ingin menggapai nampan sajinya― dengan kata-katanya. Dan ajaibnya. Kata-kata itu benar-benar membuat anak laki-laki itu terdiam, walaupun bibirnya mengerucut kesal.
“Kau bisa mendapatkan ini di bibi Teresa. Bibi membuat banyak.” Gadis kecil itu berusaha memberikan solusi agar teman kecilnya ini tidak kesal karna permintaannya tidak dituruti olehnya.
“Tidak usah. “ Anak laki-laki itu tersenyum lebar memperlihatkan gigi susunya yang belum lengkap. “Tommy tidak lapar. Tommy hanya berusaha menggodamu,” kata anak laki-laki bernama Tommy itu ― masih dengan senyum lebarnya.
Gadis kecil itu mendengus, tapi tak urung dia tertawa kecil.“Sudahlah. Aku ingin kekamar Dad. Mau ngasih kuenya,” Gadis kecil itu melanjutkan langkahnya karna tadi sempat dihalangi oleh Tommy ― sepupunya sekaligus temannya.
“Memang untuk apa kamu ngasih kue ke paman?”
Mendengar pertanyaan Tommy. Gadis kecil iu menghentikan langkahnya. Membelokkan tubuhnya menghadap Tommy yang masih berdiri ditempatnya tadi. “Hari ini ulang tahun Dad,” ucap gadis kecil itu sambil tersenyum cerah, lalu berbalik pergi. Meninggalkan Tommy kecil yang memaku melihat senyum gadis kecil-nya.
***********
“Jack!” Suara laki-laki berusia 30-an itu terdengar murka. Wajahnya memerah menahan marah. Urat-urat disekitar pelipis terlihat berdenyut-denyut. Giginya bergemeletuk, mencoba menahan emosinya. Aura mengerikan terpancar jelas didalam dirinya.
“Ada apa Tuan Lucas?” ucap laki-laki paruh baya ― yang masih terlihat cukup bugar diusianya― itu tenang berdiri dihadapan Tuan-nya. Merasa tak gentar melihat Tuan-nya yang melihatnya penuh dengan emosi.
“Sudah kuperintahkan, kau. Agar tidak ada siapapun yang masuk keruang kerja ku.” Suara laki-laki yang benama Lucas itu terdengar sedikit bergemuruh. Mencoba menahan untuk tidak mengeluarkan sumpah serapah dihadapan bawahannya itu. “Dan kau melanggarnya, Jack.” Lucas mendelik kearah gadis kecil yang berdiri ketakutan.
“Dia putrimu, Tuan. Dan dia juga ingin member-“ ucapannya terpotong, digantikan oleh suara Lucas yang terdengar dingin. “Aku tidak butuh alasan, Jack. Dan, Ya. Fakta sialan bahwa dia adalah putri-ku, memang benar. Putri pemabawa sial.” Lucas tidak perduli ucapannya barusan menyakiti hati kecil putri-nya atau tidak. Tidak perduli. Dan takkan pernah mau perduli.
"Tak taukah. Bahwa secuil perhatianmu akan sangat berarti bagi seseorang yang pernah kau abaikan"




0 komentar:
Posting Komentar